Senandung hati
mendendangkan tangis
Sesejuk embun bekukan
hati yang lara
Aku menari ditengah
hujan
Bernyayi ditengah
badai
Tersenyum dalam gelap
Agar tak ada yang tau
aku menagis saat menari
Aku terluka saat
bernyayi
Dan hatiku menagis
saat aku tersenyum
Semua kulakukan hanya
untuk terlihat aku tak pernah rapuh
Namun setegar karang
di lautan
Saat dunia kembali
menghinaku
Mengapa tubuhku
begitu kaku tuk hapus air mataku
Mengapa nyaliku ciut
dan hatiku dihiasi rasa takut
Aku kemudian berlari
bak anak kecil yang mengadu pada orang-orang yang masih mencintaiku
Berharap pembelaan
dan perlindungan namun pada kenyataannya aku memang sendiri
Mengapa segelintir
orang selalu menyalahkanku
Untuk kesalahan kecil
yang aku lakukan
Mengapa kata “munafik”
itu begitu mudah diperuntukkan untuk seorang wanita yang menutup aurat kemudian
melakukan kesalahan kecil
Mengapa di dunia ini
semua orang merasa tuhan yang pantas
mengadili orang-orang yag tidak disukainya
Mengapa orang-orang
di dunia ini selalu merasa hebat
Selalu merasa benar
Namun tak ada
keberanian untuk berdiri didepan
Hanya mampu berteriak
di belakan punggung lalu berlari bersembunyi bak pengecut
Kadang aku membenci
hidup ini
Namun sejenak aku
sadar Allah selalu disisi
Yah..... Rabb ku maha
Tau segalahnya
Ialah tempatku
mengadu
Tempatku bersandar
dan menagis dipangkuannya
Ialah penilai yang
maha adil
Dan aku tak pernah
menyesal atas hijab yang melekat pada tubuhku
Meski mereka
mengatakan aku tak pantas
Lalu kembali aku
bertanya bagaimana dengan dirimu
Apakah sudah
mengenakan hijab
Atau merasa lebih
baik atas diriku
Sungguh Allah yang
mampu menilai dengan bijak isi hati dan pikiran seseorang
Rasanya begitu
percuma bicara pada mereka
Sebab mereka tak
perna paham hahikat berjilbab
Dan saya wanita yang
hidup di akhir zaman
Yang tak mampu
sempurna layaknya ibunda khadija, aisya, maupun fatimah azzahra
Aku hanya wanita
akhir zaman yang mengenal hijab atas perintah Allah dalam Al-Qur’an